Menu Close

Hybrid Learning dan Blended Learning Panduan Lengkap

blended learning hybrid learning

Hybrid Learning – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada awal tahun 2020 telah mengubah banyak aspek dalam kehidupan. Termasuk juga perubahan pada sektor pendidikan. Keterbatasan interaksi sosial membuat sektor pendidikan ikut menyesuaikan diri. Salah satunya dengan menghadirkan metode blended learning dan hybrid learning.

Selain itu, dikenal juga metode hybrid learning. Tapi apa itu metode hybrid learning dan blended learning? Apa perbedaan kedua metode tersebut dan apa keuntungan menggunakannya sebagai metode pembelajaran?

Apa Itu Blended Learning?

Secara sederhana, metode blended learning adalah metode pembelajaran yang memadukan sistem pembelajaran langsung dan tidak langsung. Metode pembelajaran ini baru marak digunakan setelah pandemi COVID-19 meningkat tajam di tahun 2020 lalu. Selain di Indonesia, metode ini juga digunakan di berbagai negara lain.

Sebelum metode pembelajaran ini digunakan, banyak sekolah menggunakan sistem online. Pembelajaran dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan berbagai tools. Metode online diterapkan sebagai solusi dari permasalahan pandemi yang melanda. Dengan menjalankan metode pembelajaran online, penyebaran virus dapat diminimalisir.

Sayangnya, metode pembelajaran online memiliki banyak keterbatasan. Khususnya jika dibandingkan dengan metode tatap muka. Perubahan mendadak dari metode pembelajaran tatap muka ke metode online pun menimbulkan banyak kekurangan di sana sini. Penjelasan mengenai hal ini juga dapat ditemukan di berbagai blended learning jurnal.

Ditambah lagi, tidak semua peserta didik memiliki lingkungan yang kondusif untuk belajar. Kendala jaringan internet, pendampingan guru yang kurang maksimal, dan hambatan-hambatan lainnya membuat motivasi belajar jadi menurun drastis.

Untuk menjembatani hal tersebut, maka digagaslah metode pembelajaran blended learning. Dengan diterapkannya metode ini, diharapkan proses pembelajaran bisa berjalan dengan lebih baik dan efektif.

 

Cara Pelaksanaan

Metode blended learning merupakan metode pembelajaran yang memadukan sistem pembelajaran sinkron dan asinkron. Untuk menjalankan metode ini secara maksimal, Anda perlu memahami cara pelaksanaanya yang baik.

Dalam metode ini, guru akan memberikan materi ajar yang dapat diakses secara online. Kemudian, siswa diberi waktu untuk mempelajari materi tersebut. Setelah waktu yang ditentukan selesai, guru dan siswa dapat berkumpul dan membahas materi tersebut.

Dalam metode ini, guru berperan sebagai pemberi arahan dan pengendali kelas. Sehingga, alur diskusi dan latihan bisa berjalan dengan baik.

 

Tujuan Pembelajaran

Sebagaimana metode pembelajaran lainnya, metode ini bertujuan untuk membantu proses pembelajaran siswa menjadi lebih baik. Salah satunya dengan memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi sesuai dengan preferensi belajarnya.

Penerapan metode ini sebagai metode pembelajaran diharapkan dapat memberi peluang pada siswa untuk belajar secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.

 

12 Model Metode Blended Learning

Sampai saat ini, metode blended learning terus mengalami perkembangan. Namun, ada sekitar 12 model metode pembelajaran campuran yang telah digunakan di berbagai negara. Yaitu model pembelajaran Station Rotation, Lab Rotation, Enriched Virtual, Flex, Flipped Classroom, Individual Rotation, Project Based, Self-Directed, Inside-Out, Outside-In, Supplemental, dan Mastery-Based.

 

4 Langkah Pembelajaran Blended Learning

Sebelum menjalankan metode blended learning, tentu saja Anda harus memahami lebih dulu langkah-langkah pembelajaran dalam metode ini. Setidaknya, ada 4 langkah pembelajaran yang harus dipahami oleh guru.

Dengan memahami langkah-langkah pembelajaran, materi bisa disampaikan dengan lebih terstruktur dan sistematis. Hal ini tentu saja akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran dengan lebih efektif dan efisien. Berikut ini adalah 4 langkah pembelajaran yang harus Anda paham:

1. Menentukan Model Blended Learning

Menurut Staker dan Horn (2012) model pembelajaran blended dapat dilakukan dengan 3 model. Guru dapat memilih dan memadukan model pembelajaran yang dianggap paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelas.

Pertama, The rotation model. Sekolah melakukan rotasi jadwal antara jadwal pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Sekolah dapat menentukan kapan siswa harus belajar di rumah dan kapan harus pergi ke sekolah.

Kedua, The Flex model. Model ini memungkinkan seluruh konten pembelajaran dapat diakses secara daring. Kemudian, siswa dapat menentukan sendiri jadwal belajarnya. Sedangkan guru dapat memfasilitasi pembelajaran tatap muka sesuai kebutuhan siswa. Guru dapat terlibat melalui aktivitas group project dan tutoring secara individu.

Ketiga, The Self-Blend model. Dalam model ini, siswa memiliki kebebasan untuk mengambil satu atau beberapa mata pelajaran. Biasanya, mata pelajaran yang dipilih ini bertujuan untuk menunjang pembelajaran konvensional atau tatap muka.

2. Menentukan Tujuan dan Membuat Materi Pembelajaran

Menentukan tujuan pembelajaran merupakan langkah yang penting karena akan menjadi acuan dalam perancangan dan pembuatan materi ajar oleh guru.

Materi-materi yang diberikan saat pembelajaran online tentu saja harus mengacu pada pedoman pembelajaran mandiri oleh siswa. Namun, penyampaian materi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari bentuk game edukasi, kuis, maupun materi video interaktif melalui platform digital yang memadai.

Sedangkan untuk pembelajaran tatap muka, guru dapat membuat program dengan acuan mengembangkan kemampuan sosial siswa. Misalnya dengan memberikan tugas dalam bentuk project secara berkelompok. Selain itu guru juga perlu terlibat secara aktif sebagai fasilitator saat pembelajaran tatap muka.

3. Membuat Sistem Penilaian dan Evaluasi

Sistem penilaian dan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat apakah tujuan dari diselenggarakannya blended learning ini dapat tercapai atau tidak. Sistem penilaian dapat dibuat dengan cara menetapkan indikator-indikator pada setiap materi pembelajaran yang perlu dicapai siswa. Penetapan indikator ini harus mengacu pada tujuan pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran dengan sistem blended learning juga dapat dilakukan dengan melibatkan pihak siswa dan orang tua melalui pengisian kuisioner.

4. Melakukan Sosialisasi dan Persiapan Pelaksaan Blended Learning

Sekolah perlu mensosialisasikan apa itu blended learning, proses pelaksanaannya, serta manfaat dan keunggulannya. Khususnya jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran konvensional.

Sasaran sosialisasi hendaknya difokuskan pada para siswa, orang tua, dan guru.  Sosialisasi diperlukan untuk mengukur kesiapan berbagai pihak yang akan terlibat dalam terselenggaranya sistem pembelajaran blended learning.

 

Keuntungan Metode Blended dalam Belajar

Sampai saat ini, metode pembelajaran blended learning masih terus mengalami penyempurnaan. Meski begitu, ada beberapa manfaat dari metode ini yang bisa dirasakan. Baik oleh siswa sebagai peserta didik maupun oleh guru sebagai tenaga pendidik.

1. Pembelajaran Lebih Fleksibel

Meski metode pembelajaran tatap muka mulai diterapkan di berbagai sekolah, banyak juga sekolah yang tetap menyediakan metode blended learning. Metode ini juga menjadi pilihan bagi sebagian orang tua murid.

Dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, metode ini menawarkan metode pembelajaran yang lebih fleksibel. Peserta didik dapat menyesuaikan kecepatan belajar sesuai kemampuannya sendiri. Sehingga, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memahami materi dengan lebih baik.

2. Hasil Belajar yang Lebih Efektif

Metode pembelajaran ini menggabungkan berbagai metode pembelajaran pilihan. Sehingga, siswa yang belajar menggunakan metode ini menunjukkan peningkatan hasil belajar ke arah yang lebih baik.

3. Meningkatkan Keterlibatan Siswa

Teknologi merupakan hal yang sudah tidak asing bagi banyak siswa. Karena itu, pembelajaran menggunakan teknologi juga terasa lebih santai bagi sebagian peserta didik. Mereka juga cenderung lebih mudah berinteraksi dan terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.

4. Meningkatkan Kepuasan Belajar

Metode blended learning memungkinkan peserta didik memahami alur pembelajaran sejak awal materi. Sehingga, siswa lebih mudah memahami tujuan materi pembelajaran. Hal ini ternyata memberikan kepuasan peserta didik terkait proses dan hasil pembelajaran yang mereka alami.

5. Meningkatkan Partisipasi Peserta

Pembelajaran offline atau tatap muka di kelas cenderung berpusat pada guru. Sehingga, siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran. Sedangkan dalam metode pembelajaran campuran, siswa cenderung lebih aktif dan lebih mudah berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

6. Hemat Biaya

Setiap materi ajar dan bahan latihan dalam metode pembelajaran campuran dapat dibagikan secara paperless. Artinya, guru dapat membagikan materi, handouts, worksheet, dan penunjang lain tanpa harus mencetak dan menggandakan.

7. Hemat Waktu dan Tenaga

Metode blended learning dapat dilaksanakan dari mana saja. Guru atau pun peserta didik tidak perlu menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dan tenaga. Sehingga, guru dan siswa dapat mengikuti kelas dengan kondisi yang lebih prima.

 

Mengapa Guru Memilih Menggunakan Model Pembelajaran Blended Learning?

Metode pembelajaran blended learning adalah sebuah gaya pembelajaran yang terbilang baru. Sistem pembelajaran ini cukup sering digunakan sebagai metode pembelajaran pendidikan tinggi. Meski begitu, penerapan metode ini di sekolah juga menjadi pilihan yang menarik.

Setidaknya, ada 3 alasan utama mengapa metode ini banyak dipilih oleh para guru. Berikut ini adalah beberapa alasan yang paling umum ditemukan:

1. Memperbaiki Ilmu Keguruan

Metode blended learning dinilai dapat memberikan kontribusi lebih dalam pengembangan sistem pendidikan. Serta memberikan dukungan strategis interaktif baik dalam pembelajaran tatap muka atau pun pembelajaran jarak jauh.

Selain itu, metode ini juga membantu guru membiasakan diri dengan metode pengajaran yang berfokus pada siswa dan interaksi siswa. Jadi, metode ini tidak hanya menekankan aspek penyebaran konteks saja.

Metode ini juga memungkinkan peserta didik mendapatkan lebih banyak informasi. Siswa dan orang tua siswa juga lebih mudah memberikan umpan balik kepada guru. Sehingga, guru bisa meningkatkan kemampuan mengajarnya agar lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

2. Meningkatkan Akses dan Fleksibilitas Belajar

Akses untuk belajar merupakan salah satu faktor penting yang mendukung pertumbuhan pembelajaran. Fleksibilitas akses yang ditawarkan oleh sistem blended learning memungkinkan siswa mengakses materi kapan saja dan di mana saja.

Keleluasaan ini membantu siswa memahami materi sesuai dengan kemampuannya. Sehingga, motivasi belajar siswa menjadi lebih terstimulasi dan meningkat.

3. Meningkatkan Efektivitas

Guru dengan status ASN atau guru tetap yayasan merupakan salah satu pihak yang cukup diuntungkan dengan penerapan sistem pembelajaran campuran. Umumnya, guru ASN dan guru tetap yayasan memiliki kesibukan yang permanen. Sehingga, cukup sulit untuk menyelesaikan pekerjaan sambil mengurus kelas tatap muka.

Penerapan sistem pembelajaran campuran memungkinkan guru memanfaatkan waktu dengan lebih efektif dan efisien. Sehingga, pekerjaan sebagai guru tetap dan guru ASN tetap bisa terselesaikan. Dan tanggung jawab sebagai pengajar juga tetap dapat terlaksana.

5 Elemen Pembelajaran Hybrid

Pembelajaran hybrid adalah mode pembelajaran yang menggabungkan sistem pembelajaran tatap muka dan sistem pembelajaran jarak jauh. Dalam metode pembelajaran ini, guru menjalankan dua sistem pembelajaran dalam waktu yang bersamaan.

Ada 5 elemen pembelajaran hybrid learning menurut para ahli yang perlu diperhatikan dalam sistem belajar ini, yaitu:

1. Live event

Metode ini menjalankan pembelajaran online dan tatap muka secara bersamaan. Artinya, peserta didik online menjalankan pembelajaran pada waktu yang bersamaan dengan peserta didik tatap muka. Sehingga, kesempatan yang didapat oleh peserta online dan offline cenderung seimbang,

2. Self-paced learning

Peserta didik dapat menentukan sendiri kecepatan belajar sesuai dengan pemahaman dan kemauan. Dalam metode ini, pengajar menyiapkan bahan ajar yang dapat diakses siswa dari mana saja dan kapan saja. Namun, siswa harus memiliki pemahaman dan kemauan belajar mandiri yang baik agar hasil pembelajaran lebih optimal.

3. Collaboration

Pengajar dan peserta didik melakukan kolaborasi untuk menemukan waktu dan tempat berdiskusi yang lancar. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan secara daring, melalui email, website, telpon, atau sarana lain yang memungkinkan.

4. Assessment

Peserta didik mendapatkan evaluasi pembelajaran yang harus diisi. Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai acuan keberhasilan. Namun, guru perlu menyiapkan bentuk evaluasi yang fleksibell dan dapat diakses secara leluasa.

5. Perform Support Materials

Agar metode yang ditetapkan bisa berjalan maksimal, sekolah harus mampu menyediakan sumber daya yang memenuhi standar. Sehingga, hasil ujian dengan sistem ini bisa diakses oleh siswa offline atau pun siswa online.

 

Apa Bedanya Hybrid Learning Dan Blended Learning?

Banyak orang yang sering tertukar antara metode blended learning dan metode hybrid learning. Sepintas, kedua metode ini memang sama-sama metode pembelajaran campuran. Akan tetapi, tentu saja ada perbedaan antara dua metode ini.

Metode Hybrid Learning

Hybrid learning adalah proses atau metode pembelajaran sinkron yang memadukan penyampaian daring dengan penyampaian tatap muka. Artinya, dalam satu pertemuan, bisa saja sebagian peserta didik mengikuti pertemuan dengan tatap muka dan sebagian lagi mengikuti pertemuan secara online.

Untuk mendukung metode pembelajaran ini, sekolah harus memiliki teknologi yang mendukung. Di samping itu, guru juga harus memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan dua bentuk pembelajaran dalam satu waktu. Sehingga, baik peserta tatap muka maupun online sama-sama merasa diperhatikan dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Metode Blended Learning

Meskipun terkesan mirip, metode blended learning artinya memadukan metode pembelajaran sinkron dan asinkron. Dalam metode ini, peserta didik diberikan waktu untuk mempelajari materi tertulis. Kemudian, peserta didik dapat berkumpul secara tatap muka untuk berdiskusi atau berlatih.

Kegiatan saat pertemuan tatap muka bisa berupa tes pendahuluan, pembahasan materi, mengerjakan asesmen individu, hingga menyiapkan makalah atau presentasi.

Hybrid Learning vs Blended Learning

Secara sederhana, metode hybrid learning artinya menggabungkan cara penyampaian materi daring dan tatap muka dalam satu pertemuan. Sedangkan metode blended menggabungkan mode belajar bersama dan belajar mandiri.

 

Mana yang Lebih Efektif?

Secara efektivitas, metode blended learning dan hybrid learning dapat efektif sesuai dengan kebutuhan kelas, kondisi peserta, dan sasaran pembelajaran. Sebagai contoh, jika peserta didik tersebar di berbagai lokasi, sistem hybrid learning bisa lebih dipertimbangkan.

Sedangkan jika target pembelajaran adalah kemampuan siswa mengimplementasikan materi pembelajaran, maka metode blended learning cenderung lebih bermanfaat.

 

Itulah beberapa hal mengenai metode ini yang perlu Anda ketahui. Jika ingin memahami lebih jelas dan menyeluruh, Anda bisa mempelajari metode ini melalui blended learning PDF (http://repository.unp.ac.id/26576/1/0_Buku%20Model%20Balnded%20Learning.pdf). Sehingga, Anda bisa mengetahui maksud dan tujuan metode ini dengan lebih baik. Serta dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar dengan lebih optimal.

 

Tertarik untuk menerapkan blended learning atau hybrid learning? yuk coba fitur kelas virtual dari pijar sekolah